Pertandingan krusial dalam lanskap kompetitif Liga Profesional Saudi musim 2025 mempertemukan Al Shabab dan Al-Ahli Jeddah pada pekan ke-31, sebuah kontestasi yang menuntut elaborasi teknis mendalam. Analisis ini akan mengeksplorasi sepuluh parameter fundamental yang meliputi organisasi defensif, efektivitas penyerangan, transisi antarlini, penguasaan teritori, hingga pemanfaatan set-piece. Deliberasi komprehensif ini bertujuan untuk mengidentifikasi tendensi taktis, potensi eksploitasi kelemahan, dan proyeksi dinamika permainan yang akan memengaruhi hasil akhir pertandingan.
1. Outcome dan Distribusi Temporal Gol
Laga antara Al Shabab dan Al-Ahli Jeddah berujung pada kemenangan Al Shabab dengan skor akhir 3-1. Al Shabab mencatatkan goal events pada menit ke-26, 33′, dan 65′, sementara Al-Ahli Jeddah meregistrasikan gol tunggal pada menit ke-36. Distribusi temporal gol mengindikasikan offensive dominance Al Shabab pasca respons gol dari Al-Ahli Jeddah.
2. Disparitas dalam Possession Metrics
Al-Ahli Jeddah mencatatkan possession share yang marginal lebih tinggi sebesar 51%, berbanding 49% milik Al Shabab. Kendati demikian, possession superiority ini tidak berkorelasi linear dengan final outcome, mengimplikasikan perbedaan dalam possession efficacy antara kedua entitas kompetitif.
3. Analisis Shot Volume dan Shot Accuracy
Al-Ahli Jeddah menghasilkan total shot volume sejumlah 14, dengan 4 di antaranya terkategorikan sebagai shots on target. Kontranya, Al Shabab meregistrasikan total shot volume sebesar 10, di mana 6 terukur sebagai shots on target. Ini mengindikasikan superior shot accuracy dari Al Shabab meskipun menghasilkan lower shot volume.
4. Efikasi Serangan di Zona Proksimal Gawang
Analisis shot conversion rate dalam zona inside the penalty area memperlihatkan efikasi yang lebih tinggi bagi Al Shabab, yang mengonversi 3 gol dari 9 attempts. Al-Ahli Jeddah hanya mampu mengonversi 1 gol dari 8 attempts di zona yang sama, merefleksikan superior finishing efficiency Al Shabab di zona dengan high goal probability.
5. Kontribusi Marginal Extra-Penalty Area Shots
Kedua tim memperlihatkan kontribusi gol yang nihil dari shots originating outside the penalty area. Al-Ahli Jeddah mengeksekusi 6 attempts tanpa konversi, sementara Al Shabab hanya melakukan 1 attempt serupa. Ini menggarisbawahi reliance pada penetrasi ke zona yang lebih sentral untuk goal-scoring opportunities.
6. Evaluasi Performa Kiper dan Save Percentage
Goalkeeper Al Shabab mencatatkan 3 saves terhadap 4 shots on target dari Al-Ahli Jeddah, menghasilkan save percentage sebesar 75%. Sementara itu, goalkeeper Al-Ahli Jeddah melakukan 2 saves terhadap 6 shots on target dari Al Shabab, menghasilkan save percentage sebesar 33.33%. Superior save percentage kiper Al Shabab berkontribusi signifikan terhadap defensive resilience tim.
7. Implikasi Disiplin Takikal dan Agresi
Al Shabab mengakumulasikan 4 yellow card sanctions dan 1 red card sanction (melalui akumulasi kartu kuning), sementara Al-Ahli Jeddah menerima 4 yellow card sanctions. Foul count menunjukkan Al Shabab melakukan 9 fouls committed berbanding 8 oleh Al-Ahli Jeddah. Red card sanction terhadap pemain Al Shabab (A. Hamed Allah) berpotensi memengaruhi spatio-temporal dynamics pertandingan di sisa waktu.
8. Analisis Efektivitas Set-Piece Plays
Al-Ahli Jeddah memperoleh 7 corner kicks, secara signifikan lebih banyak dibandingkan 2 corner kicks yang didapatkan Al Shabab. Namun, tidak ada konversi gol dari set-piece situations untuk kedua tim, mengindikasikan suboptimal exploitation dari dead-ball opportunities.
9. Korelasi Antara Midfield Engagement dan Passing Metrics
Jumlah operan kedua tim relatif komparatif (total passes: Al Shabab 373, Al-Ahli Jeddah 367), dengan pass accuracy rate yang juga serupa (Al Shabab: 83.11%, Al-Ahli Jeddah: 84.19%). Ini merefleksikan intense midfield contestation dalam upaya mengontrol ball progression pathways.
10. Evaluasi Offside Incidents dan Defensive Organization
Kedua tim tercatat melakukan pelanggaran offside sebanyak 1 kali. Kesamaan dalam metrik ini tidak menyiratkan adanya structural deficiencies yang signifikan dalam organisasi ofensif maupun implementasi defensive line terkait offside management bagi kedua tim.